Blogger Widgets

ketika sudah syah :D

ketika sudah syah :D
sepeda cinta :D

Rabu, 02 Januari 2013

Sejuta Kenangan di Gambung #3


Benar – benar seperti yang kami baca dari blog, suasana yang tergambar disini persis yang diungkapkan di blog. Udaranya masih sangat segar, kanan – kiri perkebunan teh yang hijau dan menunggu siap untuk dipetik. Bangunan kantor peninggalan belanda masih berdiri dengan kokoh dan memperlihatkan suasana yang sepi ketika sore. Wisma – wisma untuk penginapan berjajar rapi di dekat pabrik. Suara penggilingan teh sudah tidak terdengar karena prosesnya selesai pukul 13.00 dan kita sudah ketinggalan. Serasa kita terbius dengan kenyamanan tempat ini sampai lupa tujuan awal kita yaitu mencari tempat kos untuk kita tinggal selama sebulan.
“yak, rumah bu mamah yang mana ya?”
“aku juga tidak tahu, mi emmmm tanya aja yuk”
Kita melihat seorang bapak – bapak tinggi tegap sedang berada di pos penjagaan
“permisi pak mau tanya?”
“mangga atuh neng”
“mau tanya rumah bu mamah”
“oh, bu mamah,. Mau PKL disini yak, mari saya antar”
Senangnya, bapak ini sangat ramah bahkan bersedia mengantar kami ke rumah bu mamah, sensasi berikutnya adalah ojek bertiga. Aku, Fiya dan pak Maman dalam satu montor, dengan medan yang menanjak dan menurun benar – benar berasa sensasi naek montor. Aku hanya bisa teriak – teriak dalam hati tapi ini benar – benar seru. Sampailah kita di depan rumah bu mamah, dengan logat sundanya pak Maman berbicara dengan bu mamah dan mencoba menerengkan maksud kedatangan kami. Pak maman mengantar kami sampai masuk di dalam dan menemani kami bernegosiasi tentang biaya sewa. “deal” akhirnya kita dapet tempat kos dengan biaya yang cukup murah dan fasilitas yang sangat lengkap dan nyaman. Kami berpamitan kepada ibu kos dan akan datang kembali 1 bulan yang akan datang. Sebagai ucapan terimakasih kami kepada pak maman, aku memberikan uang 20ribu mungkin ini tidak akan membayar segala keramahan yang beliau berikan. Kita berdua memutuskan untuk pulang dan akan kembali lagi kesini 1 bulan lagi.
 ini bu mamah yang tengah sama cucunya serina, dari kanan ufi, umi., ageng, fiya dan popon
            Akhir januari 2010 sesuai rencana kita berangkat ke Bandung lagi untuk kerja praktek selama 1 bulan. Sampailah kita ditempat kos, kita disambut dengan sangat ramah oleh pemilik kos dan sudah dijamu dengan makanan yang sudah tersedia di meja makan. Wah sungguh memuaskan saya bisa kos disini. Tempat berikutnya yang menjadi sasaran adalah kamar, kita sudah sangat capek dan siap untuk beristirahat. Agenda pertama untuk besok adalah jalan – jalan pagi, kita keluar kos dan berjalan menuju ke kantor dimana kita akan kerja praktek. Barang yang tak boleh ketinggalan adalah kamera. Rugi sekali jalan – jalan tanpa kamera, baru berjalan setengah jam sudah ada pemandangan yang menarik mata yaitu penjual kue balok. Bau kue ini sangat menggoda, beberapa langkah kemudian ada penjual batagor. Mang batagornya ramah sekali, dan jangan salah dengan rasa batagor yang tidak kalah dengan restoran harganya pun membuat kita tercengang karena begitu murah. Wisata kulinernya kita lanjutkan besok jangan sampai agenda jalan – jalan ke pabrik berantakan. Awal datang ke pabrik, kita baru tahu 1 rute jalan dan jalan ini cukup panjang jika dilalui dengan berjalan kaki, sebenarnya di depan pintu gerbang masuk ada banyak tukang ojek yang siap mengantar kita ke pabrik dengan skali angkut adalah 2ribu perak. Bayangkan hidup disini benar – benar sangat murah dan tidak terlalu menguras kantong. Tapi namanya juga jalan – jalan masak mau naek ojek jadinya nanti ngojek – ngojek. Oke 20 menit berjalan dari pintu gerbang ke pabrik cukup lama yaa, berarti kita harus cari rute yang lebih cepat dan tidak terlalu menanjak. Hari ini tidak ada pemetik teh, kantor tutup dan hanya pabrik yang beroperasi. Dari jalan sudah terdengar suara mesin penggulung teh yang sedang beroperasi. Kita berlima lebih tertarik lagi dengan bangunan puluhan tahun yang tampak masih berdiri kokoh dengan beberapa bagian dinding ruangan ada yang retak akibat dari gempa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Bangunan ini benar – benar menarik perhatian kami, sekilas desainnya tampak seperti bangunan sekolah jaman dulu ada beberapa banguanan  yang letaknya terpisah dari bangunan utama ini dikarenakan kondisi geografis dari tanahnya yang agak berundak.
foto - foto di jalan menuju puslit pabrik

noohhhhh ada tulisannya berarti ga hoax kan hee hee


ini mamang batagornya


 yang pake kaos hitam "pak ndang" mandor besar pabrik
            Tepat dibagian depan bangunan ini terdapat kolam yang lumayan lebar dengan beberapa penghuni seperti katak dan ikan membuat suasana semakin nyaman. Disini sering turun kabut apalagi ketika musim hujan karena tempat ini berbatasan langsung dengan pegunungan Tilu. Kami mulai memasuki lobby ruangan benar – benar sepi karena hari ini adalah hari minggu dan sudah dapat dipastikan tidak ada pegawai yang datang. Kami memutuskan untuk kembali lagi ke kos dan menyudahi jalan – jalan pagi, ketika di jalan kami selalu meluangkan waktu untuk berfoto – foto ria dan tidak mau melewatkan setiap sudut keindahan yang disajikan sepanjang jalan menuju puslit gambung.
ni kolam di depan kantor puslit
             Hari pertama kerja praktek, kami berlima sangat bersemangat untuk segera menuju tempat kerja praktek dan tak lupa kita berpamitan dengan bu mamah sang pemilik kos.
“buk, berangkat dulu ya” sambil mengantri untuk bersalaman dengan bu mamah.
“iya neng, hati – hati,.. lewat hutan aja biar cepat”dengan wajah keibuannya
“hutan, rutenya dari sini ke mana buk” aku sedikit menyela
“ni lurus aja, habis gerbang ambil ke arah rupin nanti lewat SD Awa dan Io”
Awa dan Io adalah cucu dari bu mamah yang begitu lucu  dan agak pemalu, mungkin karena baru bertemu dengan kami. Rute sudah kita pilih yaitu lewat hutan. Rasa penasaran sangat menghantui kami, “ayo berangkat, semangat – semangat”.
 cucu bu mamah, serina, awa, Io uhhh bkin kangen

fiya, serina, umi, awa, popon dan Io

kalian bikin mba kangen uuuuuhhhhhh :'(

 lucu banget :-)

            Sebagai warga jogja kita tetap menjunjung tinggi keramah tamahan jadi kita sudah sedikit belajar bahasa sunda untuk menyapa orang – orang yang kita temui. Orang yang akan mendengar bahasa sunda kita yang pertama adalah tetangga samping kos.
“punten teh” kami berlima sangat kompak ditambah dengan seyum lebar.
“mangga atuh neng, ke pabrik?” tanya ibu – ibu
“iya teh”
Kami langsung berlalu dan terus berjalan, tak lupa kita sudah memasang stopwatch pada hp kita untuk mengetahui berapa waktu yang kita butuhkan dengan melewati rute hutan. Di belokan dekat gerbang masuk kita bertemu lagi dengan mamang yang jualan batagor ditemani seekor kambing. Kami menyapa mamang tersebut dan sambil berhenti
“punten mang”
“berangkat neng? Ke pabrik, PKL ya?” tanya mamang penasaran
“iya mang” jawab popon
“nanti mamang juga jualan di pabrik kok, nanti mampir jajan ya”
“siap atuh mang” dengan logat sunda kami berlima menjawab
“ni kambing mamang?” kami penasaran
“bukan, ini mah kambing hutan yang suka turun buat cari makan dan ga ada yang berani pelihara tapi kambing ini jinak banget”
Wow kami benar – benar tambah kagum dengan orang – orang disini yang tetap menjaga flora fauna yang ada dan dilindungi disini.
            Eits, obrolan langsung kita hentikan dan kita melanjutkan perjalanan yang masih jauh. Dari pintu gerbang kita ambil arah kekiri dan yang menjadi petunjuk pertama adalah rumah pintar. Disini memang ada rumah pintar yang digagas oleh Alya yaitu putri dari Hatta Rajasa dan diresmikan oleh perkumpulan ibu – ibu menteri. Benar – benar dua keuntungan besar dengan adanya rumah pintar ini, yang pertama anak – anak mempunyai tempat bermain baru sekaligus tempat belajar yang bagus, yang kedua dengan diresmikan oleh para ibu – ibu menteri membuat jalan akses utama menuju Gambung menjadi halus dan mulus. Petunjuk pertama sudah kita lewati yang kedua adalah SD Cisondari, jalanannya cukup menanjak. Di samping kiri jalan terlihat mess atau rumah pegawai pabrik dengan jumlah yang banyak dan mempunyai ukuran yang hampir sama. Kita sudah sampai di SD Cisondari, di depan SD sudah banyak penjualan makanan yang siap menjajakan dagangan mereka.
“Kita harus coba semua jajanan disini kapan – kapan” kataku kepada teman – teman yang lain
“S-E-T-U-J-U” kompak menjawab
Memang kalau sudah urusan dengan perut tidak perlu berlama- lama untuk bermusyawarah.
            Hamparan kebun teh sudah terlihat di depan mata, kita akan lewat di tengah rimbunan tanaman teh yang begitu hijau. Ada jalan setapak yang hanya bisa dilewati satu orang, oke kita berbaris rapi untuk memulai memasuki kebun teh.
“Foto” teriak ageng sambil mengeluarkan kamera
Langsung kita menyiapkan gaya yang maksimal untuk berfoto, ada pose di balik rerimbunan tanamn teh, pose membentangkan tangan sambil menikmati sejuknya udara dan ada pose- pose khas gaya anak alay. Perjalanan kembali dilanjutkan, rimbunan pohon tinggi sudah terlihat di depan mata. Barisan masih tetap rapi dan tanpa adanya pemandu, sudah berasa anggota outbond saja. Sepertinya tadi malam hujan deras, itu terlihat jelas dari jalan yang kami lalui agak becek dan menggenang.
“hati – hati licin” teriak fiya yang berjalan paling depan
“oke mba fi”
Sepanjang perjalanan di hutan kita disuguhi pemandangan yang tidak asing, ini seperti di Kali Adem Cangkringan. Pohon yang besar dan tinggi menjulang, suara kicauan burung, bunga – bunga liar yang berwarna – warni semakin menambah keindahan panorama hutan ini. Suara gemericik air terdengar samar – samar, semakin lama semakin jelas terdengar. Terlihat di depan ada aliran air membentuk sungai kecil yang sangat jernih airnya, air ini mengalir ke bawah tebing. Cukup membuat kita harus hati – hati karena kondisi jalan yang licin dan samping kanan kami adalah tebing yang cukup dalam. 
segarnya,... jadi pengen kesana lagi 

nampang terus pokoknya haa haa

tetap bergaya haa haa haa


bersambung lagi,.... 



Ketemu Juga

inget dong guys postinganku yang judulnya "gagal kepo",. kalo  belum inget ,. atau belum baca buruan baca lagi,.. loh bakal nyesel kalo belum baca yang bagian gagal kepoo #buruan gih

ni guys, tadi pagi yang ini aku ga kepo loooohhhhh tapi kebetulan, akhirnya aku ketemu sama penghuni rumah sebelah haa haa

kita barengan beli bubur kacang hijau
tahu ga guys, ternyata anaknya guanteng hee hee #yaelah umi standar ganteng loh jangan2 kayak yang itu tu sttttttttt

ni tak kasih ciri2 fisiknya haa haa,. ga sempat foto, ntar doi GEER lagi, ntar dikira aku ngefans lagi #males hee hee hee,..

tinggi semampai yaw sekitar 170 gitu
umur 21-22, ga tahu pasti...  kan belum kepo akte kelahirannya haa haa
kumis tipis, jenggot tipis hidung mancung,.. lumayan lah

kalo liet ciri - ciri di atas segera lapor keamanan setempat, soalnya suka mencuri pandangan cewek - cewek haa haa

dan sepertinya lebih muda 1 -2 tahun dari aku,..
soal nama kagak tahu ane,.. dan belum ada inisiatif buat kenalan uuuhhhhuuuuuuuu

Sejuta Kenangan di Gambung #2


           lanjutannya,...         
            Petugas menghampiri kami dan mengantar kami kembali ke gerbong. “Huh, sebel” ternyata mereka tidak punya tiket dan duduk di kursi kami. Akhirnya mereka disuruh pindah oleh petugas kereta, “terima kasih pak, atas ketegasan anda”. Seyum lebar berkembang di bibir kami berdua, bisa kalian bayangkan betapa leganya kita. Kereta malam memang pilihan yang tepat, “time to sleep”. Malam kita isi dengan tidur, sampai terdengar suara bapak – bapak yang menawarkan handuk hangat untuk membasuh muka. Wuhaa haaa sudah pagi dan kita sudah sampai di daerah pegunungan, baru bangun dan disuguhi dengan panorama yang indah membuat kami merasa tidak sia – sia memilih untuk ke Bandung dari pada ke Bali. Entah, apakah fiya juga berpikir sama? Tapi menurutku iya, soalnya dari tadi matanya selalu tertuju ke arah pemandangan di luar jendela. Benar saja, posisinya memang tepat dipinggir jendela sedang aku harus sedikit mencondongkan badanku ke arah jendela, tapi aku agak puas bisa liat pemandangan sambil mengerjai temanku ini dengan sedikit menindih badan kecilnya hee heee maap ya fi agak disengaja.
            Tujuan kami adalah stasiun Hall, setengah jam lagi kita sampai. “priiiiiiiittt priiiiiiiiiiiiit” suara peluit kereta terdengar, kami siap – siap untuk turun. Tempat yang pertama aku tuju adalah toilet, aku ga bisa buang air kecil kalau di kereta. “legaaaaaaa” ungkapan pertama yang aku ucapkan setelah keluar dari toilet. “Bandung I coming” teriak ku dalam hati. Aku ga berani teriak keras – keras nanti ditimpuk sendal sama penumpang yang lain. 
“ke mana ni ya” mulai hilang arah tujuan diriku.
“kemana ya mi, emmm keluar aja dulu deh” duh mulai meragukan ini haa haa.
“angkot yak, kita naek yang mana yaw”
“cari yang tujuan luwi panjang”
            Aksi mencari angkotpun  kita gelar, berderet angkot berjajar di luar stasiun. Muka sedikit bingung dan terlihat bukan warga Bandung alhasil kita asal naek angkot.
“Aa ini ke terminal luwi panjang kah?”
“nanti neng, nanti ke luwi panjang kita,..  naek dulu aja” alhasil naeklah kita dengan perasaan tanpa curiga.
Dan tiba – tiba,..
Eh, si akang nyetop angkot sampingnya.
“neng turun sini ajah ya, noh angkot yang ke luwi panjang di depan sudah akang stopin”
Hadeh jadi intinya tadi itu cari penumpang aja yaw, terus nasib kita dilempar – lempar gitu “wuhaaa haaaa sabar – sabar”. Semoga ini angkot yang benar doaku dan fiya dalam hati.
Tarrrraaaaaa terpampang tulisan “LUWI PANJANG” di kaca depan angkot. “Alhamdulillah” kita benar naek angkot, setelah itu kita berlanjut cari angkot yang jurusan ciwidey.
“yak itu, ada yang tulisannya ciwidey,.. ayo naek” kita langsung beranjak naek dan tak lupa kita tanya dulu sama pak sopir jangan sampai kita dimodusin 2 kali. Angkot dah siap jalan, ni angkot benar – benar dashyat. Ukuran kecil gini bisa ngangkut banyak orang dan dahsyatnya lagi bisa membuatku sukses tertidur dengan sangat nyamannya. Ini angkot yang selalu aku kangenin kalau ke arah ciwidey, sensasi berdesakan, kaki kepanasan karena dekat mesin mobil tetapi selalu membuatku terlelap untuk tidur.
            Perjalanan yang cukup lama yaitu 1,5 jam apalagi ditambah macet kota bandung. Sepertinya kendaraan dari Jakarta mengungsi ke Bandung semua hari ini. Inikan weekend, tentu saja si plat “B” ini juga ingin berlibur ke kota kuliner. Akhirnya sampai juga di terminal ciwidey, dan lagi – lagi kita harus mencari angkot untuk naek ke gambung. Angkot ke gambung ini sangat spesial karena hanya ada sampai jam 15.00 saja, lebih dari jam itu kalian diharuskan naek ojek bila mau ke Gambung. “Dapet” teriakku, untung kita sampai jam 13.00 dan bersamaan dengan pulangnya anak sekolah. Sepertinya ini angkot lebih dahsyat dari yang tadi, penumpangnya sampai di atap angkot. Bisa kalian bayangkan, aku dan fiya hanya saling pandang dan tersenyum tanpa ekspresi. Ini anak – anak kecil kalau jatuh bagaimana, aku aja yang lihat takut sendiri. Ternyata itu memang sudah kebiasaan mereka setiap hari, angkot ini juga bikin kangen. Suasana angkot yang cukup riuh dengan celotehan anak – anak SD, dan mirisnya mereka memakai bahasa sunda bagi kami ini benar – benar bahasa yang sangat super duper asing untuk telinga kami. Perjalanan ditempuh sekitar 30 menit dengan kondisi jalan yang meliuk – liuk dan dengan pemandangan perkebunan teh yang terhampar luas, tempat yang langsung kita tuju adalah puslit gambung. 
bersambung lagee,.....