“berrrrrrrrr, hembusan angin yang sejuk
masih terngiang terus di kepalaku, ini sudah kesekian kalinya aku merasakannya.
Apakah hati ini tak bisa lepas dari tempat itu? Yah, tempat penuh kenangan
indahku bersama teman – teman”. Sudah 3 kali aku mengunjungi tempat itu tapi
tak cukup memuaskan kerinduan hati ini akan keindahan alam, keramahan
penduduknya, angkot yang penuh sesak, para pemetik teh yang cantik – cantik,
suara mesin pengolahan teh, anak – anak kecil yang berjalan kaki ke sekolah dan
suara burung di tengah hutan. Tahun 2010, tepatnya 2 tahun yang lalu aku dan
fiya memutuskan untuk tidak ikut study tour bersama anak – anak Teknik Pertanian
UGM angkatan 2008. Karena kegiatan ini tidak wajib bagi kita, jadi banyak juga
yang tidak ikut ke Bali. “WOW Bali”, pulau sejuta pesona. Siapa yang tidak
tertarik berkunjung ke pulau itu? Bagiku Bali memang bagus tapi aku sudah 2
kali ke sana dan aku lebih memilih untuk survei tempat dimana aku kerja
praktek. Bagi kami mahasiswa semester 5, kerja praktek lapangan merupakan sks wajib.
Akhirnya aku dan fiya memutuskan lebih memilih kota Bandung.
Dengan
bekal peta yang kami dapat dari “google map” kita memberanikan pergi ke Bandung
berdua tanpa bekal pengetahuan tentang kota kembang ini. Karena kita sama
sekali belum pernah ke Bandung, boleh dibilang modal nekad. Tapi tetap tidak
mengurangi semangat kami untuk ke kota dengan kuliner yang menggoyang lidah
ini. Oke, tujuan kita adalah Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung yang
terletak di Bandung Selatan. Senang sekali rasanya proposal yang kami ajukan ke
Gambung mendapat respon yang sangat luar biasa. Sehingga kami diijinkan untuk
melakukan kerja praktek di tempat tersebut. Kami berlima yaitu popon, fiya,
ufi, ageng dan aku, tetapi tidak semua ikut survei tempat hanya aku dan fiya yang
berangkat. Tekad di tangan sudah bulat, pulang kembali ke Jogja harus sudah
membawa hasil yaitu sudah dapat tempat kos dan sudah tahu trayek – trayek
angkot yang harus kita gunakan untuk menuju lokasi tersebut.
“Mutiara
Selatan” inilah kereta bisnis yang kita pilih untuk membawa kita meluncur ke
kota Bandung. Kebingungan sempat melanda antara memilih “Mutiara Selatan” dan
“Lodaya Malam” dengan rupiah yang beda tipis kita memantapkan untuk memilih
“Mutiara Selatan”. Di jadwal terlihat kereta berangkat pukul 22.00 WIB, berarti
masih cukup waktu untuk mengemasi barang bawaan. Rencana kita adalah berangkat
hari jumat dan pulang hari minggu, sip dah berarti tidak perlu bawa barang yang
banyak tetapi tetap harus bawa obat – obatan pribadi dan bekal yang banyak agar
menghemat biaya makan. Jam di stasiun Tugu menunjukkan pukul 21.30 WIB aku
sudah sampai duluan, aku langsung mencari tempat duduk dan 5 menit kemudian
fiya datang diantar oleh ayahnya. Banyak sekali orang berlalu lalang distasiun,
sepertinya mereka menunggu kereta yang sama dengan kami. Jam menunjukan pukul
22.00 WIB, apakah jam dindingnya yang terlalu cepat atau memang keretanya yang
datang terlambat. Kereta kami tidak datang sesuai jadwal, mungkin 10 menit
lagi. “Hoooaam” aku sudah menguap dua kali emmm tidak sepertinya ini sudah yang
kelima aku menguap. Ternyata keretaku belum datang juga. Jam menunjukan pukul
23.00 WIB, dan baru terdengar suara peluit dari si “Mutiara Selatan”. Kami
mulai beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju ke gerbong kereta. Kubaca
tiket yang aku pegang “ Gerbong 2, 2A 2B”, kami langsung masuk gerbong nomor
dua betapa kagetnya kami semua tempat duduk penuh bahkan ada yang duduk di
bawah. Tanpa pikir panjang kami berdua kembali keluar dan mengamati apakah kami
salah masuk gerbong? Bingung? Tentu saja, kami benar masuk gerbong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar